ILMU SOSIAL DASAR
BAB 8
BAB 8
ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI DAN KEMISKINAN
1.
ILMU PENGETAHUAN
“Ilmu
Pengetahuan“ lazim dipergunakan dalam pengertian sehari-hari, terdiri dari dua
kata, “Ilmu” dan “Pengetahuan”, yang masing-masing masing-masing mempunya
indentitas sendiri-sendiri.
Dalam
membicarakan “pengetahuan” saja akan menghadapi berbagai masalah seperti
kemampuan indera dalam memahami fakta pengalaman dan dunia realitas, hakikat
pengetahuan, kebenaran, kebaikan, membentuk pengetahuan, sumber pengetahuan dan
sebagainya.
Kesemuanya
telah lama dipersoalkan oleh para ahli filsafat seperti Socrates, Plato dan
Aristoteles, dimana teori
pengetahuan merupakan cabang atau sistem filsafat.
Pengertian
pengetahuan sebagai istilah filsafat tidaklah sederhana karena bermacam-macam
pandangan dan teori (epistemologi),
diantaranya pandangan Aristoteles,
bahwa pengetahuan merupakan pengetahuan yang dapat diinderai dan merangsang
budi.
•
Menurut Decartes ilmu pengetahuan merupakan
serba budi;
•
Oleh Bacon dan David Home diartikan sebagai pengalaman
indera dan batin;
•
Menurut Immanuel Kant pengetahuan merupakan
persatuan antara budi dan pengalaman;
•
Dan teori Phyroo mengatakan, bahwa tidak ada
kepastian dalam pengetahuan.
Dari
berbagai macam pandangan tentang pengetahuan diperoleh sumber-sumber
pengetahuan berupa ide, kenyataan, kegiatan akal-budi, pengalaman, sintesis
budi, atau meragukan karena tak adanya sarana untuk mencapai pengetahuan yang
pasti.
Dikalangan ilmuwan ada keseragaman pendapat,
bahwa ilmu itu selalu tersusun dari pengetahuan secara teratur yang diperoleh
dengan pangkal tumpuan (objek) tertentu dengan sistematis, metodis,
rasional/logis, empiris, umum dan akumulatif.
Banyaknya
teori dan pendapat tentang pengetahuan dan pendapat kebenaran mengakibatkan
suatu definisi ilmu pengetahuan akan mengalami kesulitan.
Sebab
dikalangan ilmuwan sendiri sudah ada keseragaman pendapat, hanya akan
terperangkap dalam tautologis (pengulangan tanpa membuat kejelasan) dan pleonasme
atau mubazir saja.
Langkah-langkah memperoleh ilmu dan objek ilmu meliputi rangkaian
kegiatan
dan tindakan, dimulai dengan :
•
Pengamatan yaitu suatu kegiatan yang diarahkan kepada fakta yang
mendukung apa yang dipikirkan untuk sistemasi, kemudian
menggolong-golongkan dan membuktikan dengan cara berpikir analisis,
sintesis, induktif dan deduktif;
•
Yang terakhir ialah pengujian
kesimpulan dengan menghadapkan fakta-fakta sebagai upaya mencari berbagai hal
yang merupakan pengingkaran.
Untuk mencapai suatu pengetahuan
yang ilmiah
dan objektif
diperlukan sikap yang
bersifat ilmiah meliputi 4 (empat) hal :
a.
Tidak ada perasaan bersifat pamrih
sehingga mencapai pengetahuan ilmiah yang objektif;
b.
Selektif,
artinya mengadakan pemilihan tehadap problema yang dihadapi supaya didukung
oleh fakta
atau gejala
dan mengadakan pemilihan terhadap hipotesis yang ada;
c.
Kepercayaan yang layak terhadap
kenyataan yang tak dapat diubah maupun terhadap alat indera dan budi yang
digunakan untuk mencapai ilmu;
d.
Merasa pasti bahwa setiap pendapat,
teori maupun aksioma terdahulu telah mencapai kepastian, namun masih terbuka
dibuktikan kembali.
e.
Penelitian dasar bertujuan utama menambah pengetahuan ilmiah, sedangkan penelitian terapan adalah untuk menerapkan secara praktis pengetahuan
ilmiah.
f.
Dalam menerapkan dan mengembangkan ilmu
pengetahuan tersebut, perlu
diperhatikan hambatan sosialnya.
Bagaimana konteksnya dengan teknologi, dan kemungkinan untuk memwujudkan suatu
perpaduan dan pertimbangan moral
dan ilmiah.
2. T E K N
O L O G I
Teknologi
dalam penerapannya sebagai jalur utama yang dapat menyongsong masa depan yang
cerah, kepercayaan sudah mendalam.
Sikap
demikian adalah wajar, asalkan tetap dalam konteks penglihatan yang rasional.
Sebab
teknologi, selain mempermudah kehidupan manusia, mempunyai dampak sosial yang
sering lebih penting artinya daripada kehebatan teknologi itu sendiri.
Dunia moderen yang dibentuk oleh teknologi menghadapi 3 (tiga) krisis
sekaligus :
1.
Sifat
kemanusian berontak terhadap pola-pola politik, organisasi dan teknologi yang
tidak berperikemanusiaan yang terasa menyesakkan napas dan melemahkan badan;
2.
Lingkungan
hidup menderita menunjukkan tanda-tanda setengah binasa;
3.
Penggunaan
sumber daya yang tidak dapat dipulihkan, seperti bahan bakar, fosil, sedemikian
rupa sehingga akan terjadi kekurangan sumber daya tersebut.
Teknologi
dalam penerapannya sebagai jalur utama yang dapat menyongsong masa depan yang
cerah, kepercayaan sudah mendalam.
Sikap
demikian adalah wajar, asalkan tetap dalam konteks penglihatan yang rasional.
Sebab
teknologi selain mempermudah kehidupan manusia, mempunyai dampak sosial yang
sering lebih penting artinya daripada kehebatan teknologi itu sendiri.
Dalam konsep yang pragmatis dengan
kemungkinan berlaku secara akademis dapatlah dikatakan, bahwa ilmu pengetahuan (body of knowledge), dan teknologi
sebagai suatu seni (state of art)
yang mengandung pengertian berhubungan dengan proses produksi; menyangkut cara
bagaimana berbagai sumber, tanah modal, tenaga kerja dan keterampilan
dikombinasikan untuk merelisasi tujuan produksi.
Teknologi memperlihatkan fenomenanya dalam masyarakat sebagai hal impersonal dan memiliki otonomi mengubah setiap bidang kehidupan manusia menjadi lingkup teknis.
Fenomena teknik pada masyarakat kini, menurut Sastrapratedja (1980) memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
Teknologi memperlihatkan fenomenanya dalam masyarakat sebagai hal impersonal dan memiliki otonomi mengubah setiap bidang kehidupan manusia menjadi lingkup teknis.
Fenomena teknik pada masyarakat kini, menurut Sastrapratedja (1980) memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
•
Rasionalitas, artinya tindakan spontan oleh
teknik diubah menjadi tindakan yang direncanakan dengan perhitungan rasional;
•
Artifisialitas, artinya selalu membuat sesuatu
yang buatan tidak alamiah;
•
Otomatisme, artinya dalam hal metode,
organisasi dan rumusan dilaksanakan serba otomatis. Demikian pula dengan teknik
mampu mengelimkinasikan kegiatan non-teknis menjadi kegiatan
teknis;
•
Teknis berkembang pada suatu kebudayaan;
•
Monisme, artinya semua teknis bersatu,
saling berintekasi dan saling bergantung;
•
Universalisme, artinya teknik melampaui batas-batas
kebudayaan dan ideologi, bahkan dapat menguasai kebudayaan;
•
Otonomi, artinya teknik berkembang menurut
prinsip-prinsip sendiri.
Luasnya
bidang teknik, digambarkan Jacques
Ellul (The Technological
Society – 1964), sebagai berikut :
1.
Teknik meliputi bidang
ekonomi;
2.
Tenik
meliputi bidang organisasi;
3.
Teknik,
meliputi bidang manusia.
4.
Manusia pada saat ini telah begitu jauh dipengaruhi
oleh teknik. Gambaran kondisi tersebut adalah sebagai berikut :
5.
Situasi
tertekan;
6.
Perubahan
ruang dan lingkungan manusia;
7.
Perubahan
waktu dan gerak manusia;
8.
Terbentuknya
suatu masyarakat massa;
9.
Teknik-teknik
manusia dalam arti ketat.
Ciri-ciri
Teknologi Barat :
1.
Serba
intensif dalam segala hal, seperti modal, organisasi, tenaga kerja, dll.
2.
Dalam
struktur sosial, teknologi barat bersifat melestarikan sifat ketergantungan;
3.
Kosmologi
atau pandangan teknologi barat menganggap dirinya sebagai pusat feriferi, waktu
berkaitan dengan kemajuan secara linier.
3. ILMU
PENGETAHUAN TEKNOLOGI DAN NILAI
Ilmu
pengetahuan dan teknologi sering dikaitkan dengan nilai atau moral.
Hal ini
besar perhatiannya tatkala dirasakan dampaknya melalui kebijaksanaan
pembangunan, yang pada hakikatnya adalah penerapan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Penerapan ilmu pengetahuan khususnya teknologi sering kurang
memperhatikan masalah nilai, moral atau segi-segi manusiawinya.
Keadaan demikian tidak luput dari falsafah pembangunannya itu sendiri, dalam menentukan pilihan antara orientasi produksi dengan motif ekonomi yang kuat, dengan orientasi nilai menyangkut segi-segi kemanusiaan yang terkadang harus dibayar lebih mahal.
Keadaan demikian tidak luput dari falsafah pembangunannya itu sendiri, dalam menentukan pilihan antara orientasi produksi dengan motif ekonomi yang kuat, dengan orientasi nilai menyangkut segi-segi kemanusiaan yang terkadang harus dibayar lebih mahal.
Masalah nilai kaitannya dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi ini, menyangkut perdebatan sengit dalam menduduk
perkarakan nilai dalam kaitannya dengan ilmu teknologi. Sehingga kecenderungan
sekarang ada dua pemikiran, yaitu :
•
Yang
menyatakan ilmu bebas nilai dan;
•
Yang
menyatakan ilmu tidak bebas nilai.
4. K E M I
S K I N A N
Kemiskinan
lazim dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup
yang pokok, dikatakan berada di bawah garis kemiskinan apabila pendapatan tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok seperti pangan, pakaian,
tempat berteduh, dan lain-lain. (Emil
Salim – 1982).
Kemiskinan merupakan tema sentral dari perjuangan bangsa, sebagai inspirasi dasar perjuangan akan kemerdekaan bangsa, dan motivasi fundamental dari cita-cita menciptakan masyarakat adil dan makmur.
Garis kemiskinan, yang menentukan batas minimum pendapatan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pokok, bisa dipengaruhi oleh 3 (tiga) hal, yaitu :
Kemiskinan merupakan tema sentral dari perjuangan bangsa, sebagai inspirasi dasar perjuangan akan kemerdekaan bangsa, dan motivasi fundamental dari cita-cita menciptakan masyarakat adil dan makmur.
Garis kemiskinan, yang menentukan batas minimum pendapatan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pokok, bisa dipengaruhi oleh 3 (tiga) hal, yaitu :
(1)
Persepsi
manusia terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan;
(2)
Posisi
manusia dalam lingkungan sekitar, dan;
(3)
Kebutuhan
objektif manusia untuk bisa hidup secara manusiawi.
Dasar
ukuran yang hidup di bawah garis kemiskinan memiliki ciri-ciri, sebagai berikut
:
a.
Tidak
memiliki faktor produksi sendiri seperti tanah, modal, keterampilan dan
sebagainya;
b.
Tidak
memiliki kemungkinan untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri,
seperti untuk memperoleh tanah garapan atau modal usaha;
c.
Tingkat
pendidikan mereka rendah, tidak sampai tamat sekolah dasar, karena harus
membantu orang tua mencari tambahan penghasilan;
d.
Kebanyakan
tinggal di desa sebagai pekerja bebas (self
employed) berusaha apa saja;
e.
Banyak
yang hidup di kota berusia muda dan tidak mempunyai keterampilan.
Kemiskinan
menurut orang lapangan (umum) dapat dikategorikan kedalam 3 (tiga) unsur, yaitu
:
1.
Kemiskinan
yang disebabkan handicap
badaniah ataupun mental seseorang;
2.
Kemiskinan
yang disebabkan oleh bencana alam, dan;
3.
Kemiskinan
buatan (buatan manusia terhadap manusia pula yang disebut kemiskinan struktural
: struktur ekonomi, politik, sosial, maupun kultur).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar