Rabu, 15 April 2015

Cerpen

Cerpen Kertas Usang
Hari pertama yang mengawali kita adalah suatu tempat dan waktu yang tak pernah bisa kita tebak sebelumnya. Bukan bangku smp, dimana pertama kita saling mengenal, tapi suatu tempat yang aku bisa mendefinisikan aku “TERPESONA”.
TERMINAL, ya akhir dari setiap kendaraan berhenti, aku anggap itu terminal cinta buat kita karena tempat itu pun merupakan pemberhentianku dari perjalanan cintaku yang tak kunjung jelas dan sekaligus awal perjalanan cintaku denganmu.
Lucu tapi dari situlah perjalanan dimulai bersamaan dimulai pencarian jati diri dan cinta sejati. Problem, problem, long distance, ketidakjelasan berujung pada 1 juli 2010. Tanggal bersejarah dimana aku mengikrarkan cinta.
Cinta yang tak beralasan, cinta yang tak beralasan rupa, materi dan semuanya, tapi bukankah itu yang dinamakan cinta yang tulus? Cinta yang bukan karena nafsu, ataupun materi.
Cinta memberitaku banyak hal hingga aku punya beribu-ribu alasan untuk tidak menyakiti dan meninggalkanmu. Hanya 1 kata yang mengungkapkan alasan itu putri keong, you is the best for my heart and my life. Kesabaranmu, kesetiaanmu, perhatianmu adalah hal yang aku stabiloin dalam memori otak ku.
Putri keong sebagai pasangan kita harus saling melengkapi, mengingatkan dan berujung menerima kelebihan dan kekurangan satu sama lain hingga tujuan yang diinginkan tercapai yaitu kebahagiaan.
Putri keong, aku tak ingin punya hubungan seperti perahu berlayar tanpa arah. Tapi aku juga tak ingin menjadi dukun yang menetang datangnya hujan. memang kita tujuan tapi hasilnya hanya Allah yang menetukan, kita sebagai manusia hanya bisa berencana dan berusaha.
Putri keong, banyak punjangga mengutarakan pendapatnya tentang cinta dari persepsinya mereka masing-masing.
“Cinta adalah tiupan seruling penggugah jiwa”
“Cinta adalah sayap-sayap kehidupan”
“Cinta adalah tatapan mesra sang pemilik waktu”
Putri keong, dari banyak persepsi cinta aku punya presepsi cinta itu sendiri. Menurutku cinta adalah pendamping hidup dan pendamping hidupku adalah kamu.
Putri keong aku hanya punya harapan sederhana, aku hanya ingin menjadi imam untuk istriku, ayah yang baik untuk anak-anaku kelak dan aku ingin menjadi Ali bin Abi thalib yang tak pernah mempoligami Fatimah putri Nabi Muhammad.
Putri keong jangan pernah lelah memberiku maaf dan memberiku kesempatan untuk berubah menjadi lebih baik.
Pangeran Kodokmu: Reno

Kicauan burung yang bersahutan menyadarkan Rina dari buaian untaian kata yang terukir mempesona. Sekejap rasa sakit yang pernah Rina rasakan menyergap kembali relung hatinya. Harapan yang terukir dalam untaian kata yang mepesona itu abadi dalam secarik kata yang usang, tapi tak sama halnya dengan kenyataan yang Rina hadapi. Harapan yang begitu mebuai hati hancur sekejap mata, ketika Rina Mengetahui Reno memiliki sandaran Hati selain dirinya. Sekarang apalah arti untaian kata indah mempesona apabila hanya rayuan sesaat yang menggoresakan luka yang begitu dalam. Sampai saat ini luka itu pun tak kunjung kering.
Seiring angin yang berhembus Rina menerbangkan secarik kertas usang yang ada pada genggamannya, kertas usang meliuk-liuk di udara dipermainkan angin, semakin lama semakin jauh dari pandangan Rina.
Dengan mantap Rina melangkahkan kakinya menyusuri sejumput harapan untuk bahagia, menyusuri masa depan yang keindahannya kekal dalam dunia nyata bukan hanya kekal dalam secarik kertas usang yang suatu saat akan musnah dimakan waktu. Seulas senyuman memulai harinya yang baru. Dengan semangatnya Rina berteriak pada seisi alam. “Selamat tinggal masa lalu, dan selamat datang kebahagian”.
Cerpen Karangan: Ika Mustika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar