ILMU SOSIAL DASAR
BAB 1
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Tawuran yang sering dilakukan pada sekelompok remaja
terutama oleh para pelajar seolah sudah tidak lagi menjadi pemberitaan dan
pembicaraan yang asing lagi ditelinga kita. Inilah beberapa contoh yang bisa
saya kemukakan sebagai bukti terjadinya tawuran yang dilakukan oleh para remaja
beberapa tahun lalu. Di Palembang pada tanggal 23 September 2006 terjadi
tawuran antar pelajar yang melibatkan setidaknya lebih dari tiga sekolah, di
antaranya adalah SMK PGRI 2, SMK GAJAH MADA KERTAPATI dan SMKN 4 (harian pagi
Sumatra ekspres Palembang).
Di Subang pada tanggal 26 Januari 2006 terjadi tawuran
antara pelajar SMK YPK Purwakarta dan SMK Sukamandi (harian pikiran rakyat). Di
Makasar pada tanggal 19 September 2006 terjadi tawuran antara pelajar SMA 5 dan
SMA 3 (karebosi.com).
Tidak hanya pelajar tingkat sekolah menengah saja yang
terlibat tawuran, di Makasar pada tanggal 12 Juli 2006 mahasiswa Universitas
Negeri Makasar terlibat tawuran dengan sesama rekannya disebabkan pro dan kontra
atas kenaikan biaya kuliah (tempointeraktif.com). Sedangkan di Semarang sendiri
pada tanggal 27 November 2005 terjadi tawuran antara pelajar SMK 5, SMK 4 dan
SMK Cinde (liputan6.com).
Kekerasan sudah dianggap sebagai pemecah masalah yang sangat
efektif yang dilakukan oleh para remaja. Hal ini seolah menjadi bukti nyata
bahwa seorang yang terpelajar pun leluasa melakukan hal-hal yang bersifat
anarkis, premanis, dan rimbanis. Tentu saja perilaku buruk ini tidak hanya
merugikan orang yang terlibat dalam perkelahian atau tawuran itu sendiri tetapi
juga merugikan orang lain yang tidak terlibat secara langsung.
Lalu mengapa tawuran antar pelajar ini bisa terjadi?
Faktor apa sajakah yang menyebabkan tawuran antar pelajar ini? Apa saja
dampak yang ditimbulkan dari tawuran yang dilakukan? Dan bagaimanakah kita
sebagai manusia-manusia perbaikan bangsa mencari jawaban atas semua
permasalahan-permasalahan yang terjadi pada tawuran pelajar ini?
2.
Tujuan
Tujuan saya
adalah ingin mengetahui motif apa yang ada di dalam pikiran setiap siswa yang
mengikuti tawuran? apa manfaat yang para siswa dapatkan setelah tawuran? Apakah mereka tidak takut celakan dalam
menjalankan tawuran tersebut!
3.
Sasaran
Sasaran para
siswa yang sering atau suka melakukan tawuran.
BAB
2
PERMASALAHAN
1. Pengertian Tawuran
Dalam kamus bahasa Indonesia “tawuran”dapat diartikan
sebagai perkelahian yang meliputi banyak orang. Sedangkan “pelajar” adalah
seorang manusia yang belajar. Sehingga pengertian tawuran pelajar adalah perkelahian
yang dilakukan oleh sekelompok orang yang mana perkelahian tersebut dilakukan
oleh orang yang sedang belajar
Secara psikologis, perkelahian yang melibatkan pelajar usia
remaja digolongkan sebagai salah satu bentuk kenakalan remaja (juvenile deliquency).
Kenakalan remaja, dalam hal perkelahian, dapat digolongkan ke dalam 2 jenis
delikuensi yaitu situasional dan sistematik.
1.
Delikuensi situasional, perkelahian terjadi karena adanya situasi yang
“mengharuskan” mereka untuk berkelahi. Keharusan itu biasanya muncul akibat
adanya kebutuhan untuk memecahkan masalah secara cepat.
2.
Delikuensi sistematik, para remaja yang terlibat perkelahian itu berada di
dalam suatu organisasi tertentu atau geng. Di sini ada aturan, norma dan
kebiasaan tertentu yang harus diikuti angotanya, termasuk berkelahi. Sebagai
anggota, tumbuh kebanggaan apabila dapat melakukan apa yang diharapkan oleh
kelompoknya. Seperti yang kita ketahui bahwa pada masa remaja seorang remaja
akan cenderung membuat sebuah genk yang mana dari pembentukan genk inilah
para remaja bebas melakukan apa saja tanpa adanya peraturan-peraturan
yang harus dipatuhi karena ia berada dilingkup kelompok teman sebayanya.
Analisis permasalahan perilaku
sosial tawuran antara kelompok pelajar dengan memperhatikan dan mempertimbangkan kondisi lingkungan internal maupun eksternal
dilihat dari aspek :
Kekuatan
a.
Rasa
nasionalisme
b.
Pelestarian
keaneka ragaman budaya
c.
Pengukuhannya
dalam bentuk peraturan pemerintah
d.
Kemudahan
mengakses segala macam informasi
Kelemahan
a.
Pengaruh
budaya asing
b.
Ketidak
pedulian masyarakat
c.
Kurangnya
rasa kecintaan, apresiasi dan kebanggaan
d.
Kurangnya
sosialisasi kebudayaan kepada masyarakat
Peluang
a.
Pertumbuhan
usaha jasa parawisata domestik dan mancanegara
b.
Makin
solid dan kuatnya rasa persatuan dan kesatuan
c.
Berkembangnya
multimedia
d.
Terciptanya
infrastruktur sarana dan prasarana mendukung parawisata
Tantangan
a.
Perpecahan
di dalam masyarakat itu sendiri
b.
Relatif
minimnya filterisasi terhadap budaya
c.
Banyaknya
situs-situs dan benda-benda cagar budaya yang dirusak
d.
Peningkatan
kemampuan sumber daya manusia
Rekomendasi
a.
Pengukuhan
asset budaya dalam bentuk peraturan pemerintah daerah dan pusat maupun
internasional
b.
Peningkatan
sosialisasi dan apresiasi kebudayaan kepada masyarakat melalui media maupun
kegiatan nyata dalam bentuk pesta budaya yang teragendakan
c.
Pertumbuhan
usaha jasa parawisata domestik dan mancanegara menjadikan sumber devisa bagi
negara untuk itu perlu ditunjang dengan pembangunan infrastruktur sarana dan
prasarana
d.
Peningkatan
kemampuan sumber daya manusia melalui pelatihan yang berjenjang dan
berkelanjutan
1.
Faktor- faktor yang menyebabkan
tawuran pelajar
Berikut
ini adalah faktor-faktor yang menyebabkan tawuran pelajar, diantaranya :
a. Faktor Internal
Faktor internal ini terjadi didalam diri individu itu
sendiri yang berlangsung melalui proses internalisasi diri yang keliru dalam
menyelesaikan permasalahan disekitarnya dan semua pengaruh yang datang dari
luar. Remaja yang melakukan perkelahian biasanya tidak mampu melakukan adaptasi
dengan lingkungan yang kompleks. Maksudnya, ia tidak dapat menyesuaikan diri
dengan keanekaragaman pandangan, ekonomi, budaya dan berbagai keberagaman
lainnya yang semakin lama semakin bermacam-macam. Para remaja yang mengalami
hal ini akan lebih tergesa-gesa dalam memecahkan segala masalahnya tanpa
berpikir terlebih dahulu apakah akibat yang akan ditimbulkan. Selain itu,
ketidakstabilan emosi para remaja juga memiliki andil dalam terjadinya
perkelahian. Mereka biasanya mudah friustasi, tidak mudah mengendalikan diri,
tidak peka terhadap orang-orang disekitarnya. Seorang remaja biasanya
membutuhkan pengakuan kehadiran dirinya ditengah-tengah orang-orang
sekelilingnya.
b.Faktor Eksternal
Faktor
eksternal adalah faktor yang datang dari luar individu, yaitu :
1. Faktor Keluarga
Keluarga adalah tempat dimana pendidikan pertama dari
orangtua diterapkan. Jika seorang anak terbiasa melihat kekerasan yang
dilakukan didalam keluarganya maka setelah ia tumbuh menjadi remaja maka ia
akan terbiasa melakukan kekerasan karena inilah kebiasaan yang datang dari
keluarganya. Selain itu ketidak harmonisan keluarga juga bisa menjadi penyebab
kekerasan yang dilakukan oleh pelajar. Suasana keluarga yang menimbulkan
rasa tidak aman dan tidak menyenangkan serta hubungan keluarga yang kurang baik
dapat menimbulkan bahaya psikologis bagi setiap usia terutama pada masa remaja.
3
Menurut Hirschi (dalam Mussen dkk, 1994). Berdasarkan
hasil penelitian ditemukan bahwa salah satu
penyebab
kenakalan remaja dikarenakan tidak berfungsinya orang tua sebagai figure
teladan yang baik bagi anak (hawari, 1997).
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa salah satu
penyebab kenakalan remaja dikarenakan tidak berfungsinya orang tua sebagai
figure teladan yang baik bagi anak (hawari, 1997). Jadi disinilah peran
orangtua sebagai penunjuk jalan anaknya untuk selalu berprilaku baik.
2. Faktor Sekolah
Sekolah tidak hanya untuk menjadikan para siswa pandai
secara akademik namun juga pandai secara akhlaknya . Sekolah merupakan wadah
untuk para siswa mengembangkan diri menjadi lebih baik. Namun sekolah juga bisa
menjadi wadah untuk siswa menjadi tidak baik, hal ini dikarenakan hilangnya
kualitas pengajaran yang bermutu. Contohnya disekolah tidak jarang ditemukan
ada seorang guru yang tidak memiliki cukup kesabaran dalam mendidik anak
muruidnya akhirnya guru tersebut menunjukkan kemarahannya melalui kekerasan.
Hal ini bisa saja ditiru oleh para siswanya. Lalu disinilah peran guru dituntut
untuk menjadi seorang pendidik yang memiliki kepribadian yang baik.
3. Faktor Lingkungan
Lingkungan rumah dan lingkungan sekolah dapat mempengaruhi
perilaku remaja. Seorang remaja yang tinggal dilingkungan rumah yang tidak baik
akan menjadikan remaja tersebut ikut menjadi tidak baik. Kekerasan yang sering
remaja lihat akan membentuk pola kekerasan dipikiran para remaja. Hal ini
membuat remaja bereaksi anarkis. Tidak adanya kegiatan yang dilakukan untuk
mengisi waktu senggang oleh para pelajar disekitar rumahnya juga bisa
mengakibatkan tawuran.
2.Hal yang menjadi pemicu
tawuran
Tak jarang disebabkan oleh saling mengejek atau bahkan hanya
saling menatap antar sesama pelajar yang berbeda sekolahan. Bahkan saling
rebutan wanita pun bisa menjadi pemicu tawuran. Dan masih banyak lagi
sebab-sebab lainnya.
3. Dampak karena tawuran
pelajar
a.Kerugian fisik,
pelajar yang ikut tawuran kemungkinan akan menjadi korban. Baik itu cedera
ringan, cedera berat, bahkan sampai kematian
b.Masyarakat sekitar juga dirugikan.
Contohnya : rusaknya rumah warga apabila pelajar yang tawuran itu melempari
batu dan mengenai rumah warga
c.Terganggunya proses
belajar mengajar
d.Menurunnya moralitas para
pelajar
e.Hilangnya perasaan
peka, toleransi, tenggang rasa, dan saling menghargai
4. Hal-hal yang dapat
dilakukan untuk mengatasi tawuran pelajar
a.Memberikan pendidikan
moral untuk para pelajar
b.Menghadirkan seorang figur
yang baik untuk dicontoh oleh para pelajar. Seperti hadirnya seorang guru,
orangtua, dan teman sebaya yang dapat mengarahkan para pelajar untuk selalu
bersikap baik
c.Memberikan perhatian
yang lebih untuk para remaja yang sejatinya sedang mencari jati diri
d.Memfasilitasi para pelajar
untuk baik dilingkungan rumah atau dilingkungan sekolah untuk melakukan
kegiatan-kegiatan yang bermanfaat diwaktu luangnya. Contohnya :
membentuk ikatan remaja masjid atau karangtaruna dan membuat acara-acara yang
bermanfaat, mewajibkan setiap siswa mengikuti organisasi atau ekstrakulikuler
disekolahnya
Kartini
kartono pun menawarkan beberapa cara untuk mengurangi tawuran remaja,
diantaranya :
1.Banyak mawas diri, melihat
kelemahan dan kekurangan sendiri dan melakukan koreksi terhadap kekeliruan yang
sifatnya tidak mendidik dan tidak menuntun
2.Memberikan kesempatan
kepada remaja untuk beremansipasi dengan cara yang baik dan sehat
3.Memberikan bentuk
kegiatan dan pendidikan yang relevan dengan kebutuhan remaja zaman sekarang
serta kaitannya dengan perkembangan bakat dan potensi remaja
BAB
3
Kesimpulan
dan Rekomendasi
1.Kesimpulan
Faktor yang menyebabkan tawuran remaja tidak lah hanya
datang dari individu siswa itu sendiri. Melainkan juga terjadi karena
faktor-faktor lain yang datang dari luar individu, diantaranya faktor keluarga,
faktor sekolah, dan faktor lingkungan.
Para pelajar yang umumnya masih berusia remaja memiliki
kencenderungan untuk melakukan hal-hal diluar dugaan yang mana kemungkinan
dapat merugikan dirinya sendiri dan orang lain, maka inilah peran orangtua
dituntut untuk dapat mengarahkan dan mengingatkan anaknya jika sang anak
tiba-tiba melakukan kesalahan. Keteladanan seorang guru juga tidak dapat
dilepaskan. Guru sebagai pendidik bisa dijadikan instruktur dalam pendidikan kepribadian
para siswa agar menjadi insan yang lebih baik.
Begitupun
dalam mencari teman sepermainan. Sang anak haruslah diberikan pengarahan dari
orang dewasa agar mampu memilih teman yang baik. Masyarakat sekitar pun harus
bisa membantu para remaja dalam mengembangkan potensinya dengan cara mengakui
keberadaanya.
2.Rekomendasi
a. Pengukuhan
asset budaya dalam bentuk peraturan pemerintah daerah dan pusat maupun
internasional
- Peningkatan sosialisasi dan apresiasi kebudayaan kepada masyarakat melalui media maupun kegiatan nyata dalam bentuk pesta budaya yang teragendakan
- Pertumbuhan usaha jasa parawisata domestik dan mancanegara menjadikan sumber devisa bagi negara untuk itu perlu ditunjang dengan pembangunan infrastruktur sarana dan prasarana
- Peningkatan kemampuan sumber daya manusia melalui pelatihan yang berjenjang dan berkelanjutan
sumber :
Hartono,
Agung., Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta Jakarta.,2006
Tidak ada komentar:
Posting Komentar